Oleh :
Kelompok : 1 (Satu)
Ø Candra Irawan
Ø Dahlia
Ø Deri Ilyas Pratama
Ø Desi Irma Santi
Ø Elsa
Ø Edi Kurniawan
SMANSA LEMPUING
Jl.Lintas Timur Desa Tebing Suluh
Kec.Lempuing Kab.OKI
Tahun Pelajaran 2011/2012
PERSEBARAN FAUNA INDONESIA
Pengertian
Flora dan Fauna
Flora adalah jenis-jenis tumbuhan sedangkan fauna yaitu jenis-jenis hewan.
Flora adalah jenis-jenis tumbuhan sedangkan fauna yaitu jenis-jenis hewan.
Wilayah Indonesia memiliki
kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman fauna ini karena berbagai hal :
- Terletak di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan hujan tropis (trophical rain forest) yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis.
- Terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia
- Merupakan negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau memungkinkan tumbuh dan dan menyebarnya hewan dan tumbuhan khas tertentu sesuai dengan kondisi alamnya.
- Indonesia terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia, yaitu Australis dan Oriental.
Karena berbagai kondisi tersebut maka wilayah Indonesia kaya akan
keanekaragaman fauna. Berbagai jenis fauna yang meliputi :
- Mamalia (lebih dari 500 jenis)
- Kupu-kupu (lebih dari 100 jenis)
- Reptil (lebih dari 600 jenis)
- Burung (lebih dari 1.500 jenis)
- Amfibi (lebih dari 250 jenis)
Persebaran fauna dikelompokkan dalam 3 wilayah geografis yaitu fauna
Indonesia Barat, fauna Indonesia Tengah dan fauna Indonesia Timur.
Fauna yang terdapat di wilayah Indonesia Barat bertipe Asiatis, di wilayah
Indonesia Tengah merupakan fauna khas/fauna asli Indonesia sedangkan wilayah
fauna Indonesia Timur bertipe Australis.
Jenis Dan Persebaran Flora Dan Fauna
Pola persebaran
fauna di Indonesia sama
dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di bagian Barat, faunanya mempunyai
kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur faunanya mirip dengan fauna di Australia,
dan diantara kedua daerah tadi, faunanya merupakan fauna daerah peralihan. Hal
tersebut dimungkinkan karena pada zaman es Indonesia
pernah menyatu dengan Asia dan Australia.
Pada masa itu Indonesia
menjadi jembatan persebaran hewan dari Asia dan Australia.
Sejarah terbentuknya daratan di Indonesia berawal pada zaman es. Pada awal zaman es tersebut, suhu permukaan bumi turun sehingga permukaan air laut menjadi turun. Pada masa itu, wilayah Indonesia bagian Barat yang disebut juga Dataran Sunda masih menyatu dengan Benua Asia, sedangkan Indonesia bagian Timur yang disebut juga Dataran Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran Sunda dan Dataran Sahul juga masih berupa daratan belum dipisahkan oleh laut dan selat. Keadaan tersebut menyebabkan keanekaan flora dan fauna di Indonesia bagian Barat seperti Jawa, Bali Kalimantan, dan Sumatera pada umumnya menunjukkan kemiripan dengan flora di Benua Asia.
Begitu pula denga flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian Jaya dan pulau-pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan flora dan fauna di benua Australia. Jadi Indonesia pada masa itu menjadi jembatan penghubung persebaran hewan dari Asia dan Australia. Kemudian, pada akhir zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan air laut naik kembali. Naiknya permukaan air laut mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia, kemudian terpisah dari Kalimantan dan terakhir dari Sumatera. Selanjutnya Sumatera terpisah dari Kalimantan kemudian dari Semenanjung Malaka dan terakhir Kalimantan terpisah dari Semenanjung Malaka.
Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Keanekaragaman Flora Dan Fauna di Indonesia
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan lembab. Kita tentu tidak pernah melihat pohon Meranti atau Anggrek tropik pada daerah dingin di daerah tundra. Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora dan fauna berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non fisik (biotik).Yang termasuk faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu, kelembaban udara, angin), air, tanah, dan ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik (biotik) adalah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
a. Iklim
Faktor iklim
termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara dan angin sangat besar
pengaruhnya terhadap kehidupan setiap mahluk di dunia. Faktor suhu udara
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar
matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa.
Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan.
Sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang
berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga
berbeda.. Tanaman di daerah tropis, banyak jenisnya, subur dan selalu hijau
sepanjang tahun karena bermodalkan curah hujan yang tinggi dan cukup sinar
matahari.
b. Tanah
Tanah banyak
mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi pertumbuhan flora di dunia.
Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Keadaan struktur
tanah berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam tanah sehingga memungkinkan
akar tanaman dapat bernafas dengan baik. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada
daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar
serta kondisi air di dalam tanah.
Komposisi tanah
umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%),
udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor
tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan
jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. Contohnya
di Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana karena tanahnya yang kurang
subur.
c. Air
Air mempunyai
peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena dapat melarutkan dan
membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air
tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di
daerah yang bersangkutan. Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh pada banyaknya
curah hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah hujannya
keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di daerah yang
banyak curah hujannya.
d. Tinggi rendahnya permukaan bumi
Faktor
ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya dari permukaan
laut (elevasi). Misalnya ketinggian tempat 1500 m berarti tempat tersebut
berada pada 1500 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah semakin
dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah
berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Setiap naik 100 meter suhu
udara rata-rata turun sekitar 0,5 derajat Celcius. Jadi semakin rendah suatu
daerah semakin panas daerah tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi suatu
daerah semakin dingin daerah tersebut. Oleh sebab itu ketinggian permukaan bumi
besar pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu
udaranya lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada
daerah yang suhunya panas dan kering.
e. Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan
Manusia mampu
mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya daerah hutan
diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan
penebangan, reboisasi,.atau pemupukan. Manusia dapat menyebarkan tumbuhan dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu manusia juga mampu mempengaruhi
kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau perburuan
binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap kehidupan
flora dan fauna di dunia ini. Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan
terhadap penyebaran tumbuhan flora.
Misalnya
serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam
penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk
menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan
tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. Contohnya bakteri
saprophit merupakan jenis tumbuhan mikro yang membantu penghancuran sampah-sampah
di tanah sehingga dapat menyuburkkan tanah.
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman hayati di Indonesia ada 3 yaitu:
keaneka ragaman ekosisitem
keaneka ragaman jenis dan
keaneka ragaman genetik.
Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya antara lain adalah:
(1) Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain
(2) Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tehnologi
(3) mengembangkan sosial budaya umat manusia
(4) Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya.
Penyebaran Sumberdaya Hayati di Indonesia
Dipandang dari
segi biodiversitas, posisi geografis Indonesia sangat menguntungkan.
Negara ini terdiri dari beribu pulau, berada di antara dua benua, yaitu Asia
dan Australia,
serta terletak di katulistiwa. Dengan posisi seperti ini Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia.
Indonesia dengan luas wilayah 1,3% dari seluruh luas muka bumi memiliki 10%
flora berbunga dunia, 12% mamalia dunia, 17% jenis burung dunia, dan 25% jenis
ikan dunia.
Penyebaran tumbuhan, Indonesia tercakup dalam kawasan Malesia, yang juga meliputi Filipina, Malaysia dan Papua Nugini. Kawasan ini ditentukan berdasarkan persebaran marga tumbuhan yang ditandai oleh 3 simpul demarkasi yaitu (1) Simpul selat Torres menunjukkan bahwa 644 marga tumbuhan Irian Jaya tidak bisa menyeberang ke Australia dan 340 marga tumbuhan Australia tidak dijumpai di Irian Jaya. (2) Tanah genting Kra di Semenanjung Malaya merupakan batas penyebaran flora Malesia di Thailand. Demarkasi ini menyebabkan adanya 200 marga tumbuhan Thailand yang tidak
Penyebaran tumbuhan, Indonesia tercakup dalam kawasan Malesia, yang juga meliputi Filipina, Malaysia dan Papua Nugini. Kawasan ini ditentukan berdasarkan persebaran marga tumbuhan yang ditandai oleh 3 simpul demarkasi yaitu (1) Simpul selat Torres menunjukkan bahwa 644 marga tumbuhan Irian Jaya tidak bisa menyeberang ke Australia dan 340 marga tumbuhan Australia tidak dijumpai di Irian Jaya. (2) Tanah genting Kra di Semenanjung Malaya merupakan batas penyebaran flora Malesia di Thailand. Demarkasi ini menyebabkan adanya 200 marga tumbuhan Thailand yang tidak
dapat menyebar ke kawasan Malesia,
dan 375 marga Malesia tidak dijumpai di Thailand.
(3). Simpul di sebelah selatan Taiwan
menjadi penghalang antara flora Malesia dan Flora Taiwan.. Adanya demarkasi ini
menyebabkan 40% marga flora Malesia tidak terdapat di luar kawasan Malesia dan
flora Malesia lebih banyak mengandung unsur Asia dibanding unsur Australia.
Pecahnya benua selatan Gendawa pada 140 juta tahun yang lalu menjadi paparan
sunda (berasal dari benua utara laurasia) dan paparan Sahul (berasal dari
Gondawa) menyebabkan penyebaran tumbuhan yang terpusat di paparan Sunda seperti
jenis durian, rotan, tusam dan artocarpus.
Pola penyebaran
hewan di Indonesia diwarnai
oleh pola kelompok kawasan Oriental di sebelah barat dan kelompok kawasan Australia
di sebelah Timur. Kedua kawasan ini sangat berbeda. Namun demikian karena Indonesia
terdiri dari deretan pulau yang sangat berdekatan, maka migrasi fauna
antarpulau memberi peluang bercampurnya unsur dari 2 kelompok kawasan tersebut.
Percampuran ini mengaburkan batas antara kawasan oriental dan kawasan Australia..
Memperhatikan sifat hewan di Indonesia Wallace membagi kawasan penyebaran fauna menjadi 2 kelompok besar yaitu fauna bagian barat Indonesi (Sumatera, Jawa, Bali, Madura, Kalimantan) dan Fauna bagian timur yaitu Sulawesi dan pulau di sebelah timumya. Dua kelompok fauna ini mempunyai ciri yang berbeda dan dipiahkan ole garis Wallace (garis antara Kalimantan dan Sulawesi, berlanjut antara Bali dan Lombok).
Hamparan kepulauan di sebelah timur garis Wallace dari semula memang tidak termasuk kawasan Australia, karena garis batas barat kawasan Australia adalah Garis Lydekker yang mengikuti batas paparan Sahul. Dengan demikian ada daerah transisi yang dibatasi Garis Wallace di sebelah Barat dan garis Lydekker di sebelah timur. Di antara kedua garis ini terdapat garis keseimbangan fauna yang dinamakan garis Weber. Karena peluang pencampuran unsur fauna di daerah ini sangat besar, akibatnya di daerah transisi ini terdapat unsur - unsur campuran antara barat dan timur. Daerah transisi ini dinamakan Wallace. Dengan kondisi geografis seperti ini mengakibatkan sumber daya hayati di Indonesia sangat kaya baik dalam jenis maupun jumlahnya.
Keanekaragaman Jenis
Indonesia
memiliki keaneka ragaman jenis yang kaya. Taksiran jumlah jenis kelompok utama
makhluk hidup sebagai berikut: Hewan menyusui 300 jenis; Burung 7500 jenis;
Reptil 2000 jenis; Amfibi 1000 jenis; Ikan 8500 jenis; keong 20000 jenis;
serangga 250000 jenis. Tumbuhan biji 25000 jenis; paku pakuan 1250 jenis; lumut
7500 jenis; Ganggang 7800 jenisjamur 72 000 jenis; bakteri dan ganggang biru
300 jenis. (Sastra pradja, 1989). Beberapa pulau di Indonesia
memiliki spesies endemik, terutama di pulau Sulawesi;
Irian Jaya dan di pulau Mentawai. Indonesia memiliki 420 specis
burung endemik yang tersebar di 24 lokasi.
Keanekaragaman Genetik
Keaneka ragaman
genetik merupakan keanekaragaman sifat yang terdapat dalam satu jenis. Dengan
demikian tidak ada satu makhlukpun yang sama persis dalam penampakannya. Matoa
Pometia pinnata di Irian Jaya mempunyai 9 macam penampilan dari seluruh
populasi yang ada.
Dengan kemampuan
reproduksi baik vegetatif dan generatif, populasi sagu di Ambon
mempunyai 6 macam pokok sagu yang berbeda. Berdasarkan jumlah jenis durian liar
yang tumbuh di Kalimantan yang jumlahnya mencapai 19 jenis, diduga bahwa Kalimantan adalah pusat keanekaragaman genetik durian.
Dengan teknik budi daya semakin banyak jenis tumbuhan hasil rekayasa genetik
seperti padi, jagung, ketela, semangka tanpa biji, jenis jenis anggrek, salak
pondoh, dan lain-lain. Keanekaragaman plasma nutfah di Indonesia tampak pada berbagai
hewan piaraan. Ternak penghasil pangan yang telah diusahakan adalah 5 jenis
hewan temak yaitu sapi biasa, sapi Bali, kerbau, kambing, domba dan babi. Dan 7
jenis unggas yaitu ayam, itik , entok, angsa, puyuh, merpati dan kalkun serta
hewan piaraan yang lain seperti cucak rowo, ayam bekisar, dan lain-lain.
Keanekaragaman genetik hewan ini tidak semuanya berasal dari negeri sendiri.
Namun demikian melalui proses persilangan jenis-jenis hewan ini memperbanyak
khasanah keanekaragaman genetik di Indonesia.
Persebaran Flora & Fauna / Hewan & Tumbuhan Di Indonesia
Indonesia meliliki keanekaragaman flora dan
fauna baik di Indonesia
bagian barat, tengah dan timur akibat pengaruh keadaan alam, rintangan alam dan
pergerakan hewan di alam bebas. Ketiga wilayah di Indonesia memiliki keunikan dan
ciri khas keragaman binatang dan tanaman yang ada di alam bebas.
Alfred Russel
Wallace dan Max Wilhelm Carl Weber adalah orang-orang yang mengelompokkan tipe
flora dan fauna Indonesia
ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Fauna Asiatis
Wilayah = Indonesia bagian barat (sumatera, jawa, kalimantan hingga selat makassar dan selat lombok)
Hewan = badak, harimau, orangutan, gajah, dsb.
2. Fauna Peralihan dan Fauna Asli
Wilayah = Indonesia bagian tengah (sulawesi dan nusa tenggara)
Hewan = Babi rusa, kuskus, burung maleo, kera, dll.
3. Fauna Australis
Wilayah = Indonesia bagian timur (papua)
Binatang = Burung cendrawasih, burung kakatua, kangguru, dsb.
Dalam peta persebaran flora dan fauna Indonesia :
Antara fauna tipe asiatis dan peralihan terdapat garis wallace.
Antara fauna tipe peralihan dan tipe australis terdapat garis weber.
Kondisi flora dan fauna di setiap daerah dipengaruhi oleh banyak hal seperti :
1. Tinggi rendah dari permukaan laut
2. Jenis tanah
3. Jenis hutan
4. Iklim
5. Pengaruh manusia, dan lain-lain
Faktor Penyebab dan bentuk kerusakan flora dan fauna
1. Bentuk Kerusakan
Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.
Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi.
Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi.
Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara
lain berupa:
1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
4) Gas yang mengandung racun.
5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.
b. Gempa bumi
Bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
1) Berbagai bangunan roboh.
2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
3) Tanah longsor akibat guncangan.
4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
5) Gempa yang terjadi di dasar laut
dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
c. Angin topan
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:
1) Merobohkan bangunan.
2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
3) Membahayakan penerbangan.
4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan hidup flora dan fauna. Salah satunya adalah pencemaran limbah pabrik yang dibuang ke sungai.
c. Angin topan
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:
1) Merobohkan bangunan.
2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
3) Membahayakan penerbangan.
4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan hidup flora dan fauna. Salah satunya adalah pencemaran limbah pabrik yang dibuang ke sungai.
FLORA DAN FAUNA DI INDONESIA
Pengertian Flora
dan Fauna
Flora adalah jenis-jenis tumbuhan sedangkan fauna yaitu
jenis-jenis hewan.
Jenis Dan Persebaran Flora Dan Fauna
Jenis Dan Persebaran Flora Dan Fauna
Pola persebaran fauna di Indonesia
sama dengan pola persebaran tumbuhan, yaitu di bagian Barat, faunanya mempunyai
kemiripan dengan fauna Asia, di bagian Timur faunanya mirip dengan fauna di Australia,
dan diantara kedua daerah tadi, faunanya merupakan fauna daerah peralihan. Hal
tersebut dimungkinkan karena pada zaman es Indonesia
pernah menyatu dengan Asia dan Australia.
Pada masa itu Indonesia
menjadi jembatan persebaran hewan dari Asia dan Australia.
Sejarah terbentuknya daratan di Indonesia berawal pada zaman es.
Pada awal zaman es tersebut, suhu permukaan bumi turun sehingga permukaan air
laut menjadi turun. Pada masa itu, wilayah Indonesia bagian Barat yang disebut
juga Dataran Sunda masih menyatu dengan Benua Asia, sedangkan Indonesia bagian
Timur yang disebut juga Dataran Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran
Sunda dan Dataran Sahul juga masih berupa daratan belum dipisahkan oleh laut
dan selat. Keadaan tersebut menyebabkan keanekaan flora dan fauna di Indonesia bagian Barat seperti Jawa, Bali
Kalimantan, dan Sumatera pada umumnya menunjukkan kemiripan dengan flora di
Benua Asia.
Begitu pula denga flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Irian Jaya dan
pulau-pulau disekitarnya pada umumnya mempunyai kemiripan dengan flora dan
fauna di benua Australia.
Jadi Indonesia pada masa itu
menjadi jembatan penghubung persebaran hewan dari Asia dan Australia. Kemudian, pada akhir
zaman es, suhu permukaan bumi naik sehingga permukaan air laut naik kembali.
Naiknya permukaan air laut mengakibatkan Jawa terpisah dengan Benua Asia,
kemudian terpisah dari Kalimantan dan terakhir
dari Sumatera. Selanjutnya Sumatera terpisah dari Kalimantan kemudian dari
Semenanjung Malaka dan terakhir Kalimantan
terpisah dari Semenanjung Malaka.
Persebaran Flora dan Fauna Di Indonesia
Diposkan oleh Algo Wijaya on Minggu, 26 Februari 2012
Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangat melimpah,
sekitar 10% spesies tanaman yang ada di seluruh dunia, 12% dari seluruh spesies
mamalia dunia, dan 17% dari seluruh spesies burung yang ada di seluruh dunia
hidup di kepulauan-kepulauan Indonesia. Kekayaan hayati yang sangat melimpah
ini menyebabkan Indonesia
menjadi satu dari tujuh negara Mega Biodiversity yang memiliki hutan hujan
tropis terbesar di dunia setelah Brasil dan Zaire. Sejumlah spesies flora
dan fauna di Indonesia
bersifat endemik, artinya spesies tersebut hanya ditemukan di daerah indonesia
dan tidak ditemukan di wilayah lain.
Seorang ilmuwan berkebangsaan inggris Alfred Russel Walace pernah melakukan penelitian mengenai persebaran flora dan fauna di Indonesia pada tahun 1854-1862, dari hasil penelitian Walace tersebut disimpulkan bahwa tipe flora dan fauna di Indonesia bagian barat berbeda dengan tipe flora dan fauna di Indonesia bagian timur. Hewan dan tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia bagian barat yang dimulai dari Selat Lombok di bagian selatan dan Selat Makasar sebagai batas bagian utara memiliki banyak kemiripan dengan flora dan fauna dari Asia. Garis batas yang ditarik antara Lombok dan Makasar inilah yang disebut dengan garis Wallace.
Selain Wallace, seorang ilmuwan lain berkebangsaan Jerman bernama Max Weber menetapkan batas persebaran flora dan fauna di wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki banyak kemiripan dengan flora dan fauna dari Australia. Weber menarik garis antara Kepulauan Nusa Tenggara dan Halmahera sebagai garis batas flora dan fauna tipe Australia. Garis ini disebut sebagai garis Weber. Sementara itu diantara garis Wallace dan Weber yaitu wilayah diantara Paparan Sunda dan Paparan Sahul disebut sebagai zona peralihan.
Seorang ilmuwan berkebangsaan inggris Alfred Russel Walace pernah melakukan penelitian mengenai persebaran flora dan fauna di Indonesia pada tahun 1854-1862, dari hasil penelitian Walace tersebut disimpulkan bahwa tipe flora dan fauna di Indonesia bagian barat berbeda dengan tipe flora dan fauna di Indonesia bagian timur. Hewan dan tumbuhan yang tersebar di wilayah Indonesia bagian barat yang dimulai dari Selat Lombok di bagian selatan dan Selat Makasar sebagai batas bagian utara memiliki banyak kemiripan dengan flora dan fauna dari Asia. Garis batas yang ditarik antara Lombok dan Makasar inilah yang disebut dengan garis Wallace.
Selain Wallace, seorang ilmuwan lain berkebangsaan Jerman bernama Max Weber menetapkan batas persebaran flora dan fauna di wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki banyak kemiripan dengan flora dan fauna dari Australia. Weber menarik garis antara Kepulauan Nusa Tenggara dan Halmahera sebagai garis batas flora dan fauna tipe Australia. Garis ini disebut sebagai garis Weber. Sementara itu diantara garis Wallace dan Weber yaitu wilayah diantara Paparan Sunda dan Paparan Sahul disebut sebagai zona peralihan.
Garis wallace membatasi flora dan fauna bertipe oriental dengan peralihan.
Garis Weber membatasi flora dan fauna tipe australia dengan peralihan.
Jenis dan Persebaran Flora di Indonesia
Secara geografis Indonesia terletak pada pertemuan dua rangkaian pegunungan muda yaitu sirkum Pasifik dan sirkum Mediterania. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki banyak sekali gunung berapi sehingga menyebabkan tanahnya menjadi subur dan kaya akan flora.
Berdasarkan jenis-jenisnya flora di Indonesia dapat dibagi menjadi:
- Hutan hujan tropis. Merupakan hutan rimba yang lebat. Jenis hutan ini terdapat di daerah tropis atau daerah yang memiliki curah hujan yang merata sepanjang tahu. Hutan hujan tropis juga disebut sebagai hutan heterogen karena terdiri dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Jenis hutan ini tersebar di wilayah Indonesia baik Indonesia barat, Tengah, Maupun Timur karena indonesia merupakan negara tropis yang berada di bawah garis khatulistiwa.
- Hutan musim. Disebut juga dengan hutan homogen. Hutan ini terdiri dari satu jenis tumbuhan saja seperti hutan jati, hutan cemara, dan hutan pinus. Hutan jenis ini banyak terdapat di wilayah Indonesia bagian tengah.
- Stepa (padang rumput). Padang rumput (stepa) adalah lahan yang hanya ditumbuhi oleh rumput-rumput tanpa terdapat pohon lainnya. Kawasan ini umumnya digunakan sebagai daerah peternakan. Stepa terdapat di daerah yang memiliki musim kemarau yang panjang atau curah hujan yang sedikit. Di Indonesia stepa banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
- Sabana. Sabana merupakan padang rumput (stepa) yang luas dan diselingi oleh pohon atau semak di sekitarnya. Sama seperti stepa, sabana juga terdapat di daerah yang memiliki curah hujang yang sedikit seperti di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
- Padang lumut. Padang lumut banyak terdapat di wilayah yang memiliki cuaca dingin sperti di puncak-puncak gunung. Di Indonesia, padang lumut terdapat di puncak Jaya Wijaya, Papua.
Persebaran Fauna di Indonesia
Mengenai persebaran fauna di Indonesia, sebenarnya sudah sedikit saya singgung Namun agar lebih lengkap, akan sedikit saya uraikan lagi di artikel ini.
- Fauna Indonesia Barat (oriental). Bagian barat Indonesia yang merupakan wilayah Paparan Sunda memiliki tipe fauna Asia (oriental) yang sangat kaya akan berbagai jenis mamalia berukuran besar dan kera. Di Sumatera terdapat gajah, tapir, siamang, dan orang utan. Di Jawa terdapat badak bercula satu, harimau, dan banteng. Di Kalimantan terdapat macan tutul, badak bercula dua, orang utan, dan beruang.
- Fauna Indonesia Tengah
(peralihan). Indonesia
bagian tengah merupakan daerah peralihan antara kawasan oriental dengan
kawasan Australia.
jarak garis Wallace yang merupakan batas antara wilayah Oriental dengan
Wilayah peralihan dari Bali hingga Lombok
jaraknya hanya sekitar 25 KM. Namun, perbedaan faunanya sungguh amat
mencolok. Bali memiliki berbagai macam satwa dari Asia
seperti bajing dan harimau, akan tetapi kedua satwa ini tidak menyebar
lebih jauh lagi ke timur. Sementara itu Lombok memiliki satwa seperti
beruang pemakan madu yang berasal dari Australia namun hewan ini
tidak bisa ditemukan di kawasan oriental seperti bali.
Kawasan Indonesia bagian tengah sendiri memiliki beberapa satwa yang khas seperti komodo, tapir, anoa, dan babirusa. - Fauna Indonesia Timur (Australia). Di wilayah Indonesia bagian timur terdapat berbagai jenis fauna yang memiliki banyak kemiripan dengan fauna dari Australia seperti hewan berkantung seperti wallabi dan kangguru pohon serta terdapat juga beberapa jenis burung dengan warna mencolok seperti burung cendrawasih, nuri, dan parkit.
a. Flora di Indonesia Bagian Barat
Flora
di wilayah Indonesia
bagian Barat didominasi oleh vegetasi hutan hujan tropis yang selalu basah. Hal
ini dikarenakan pada kawasan ini mempunyai curah hujan dan kelembapan yang
cukup tinggi. Jenis-jenis flora di kawasan ini memiliki kesamaan ciri dengan
flora di Benua Asia pada umumnya. Adapun flora tipe Asia
(Asiatis) memiliki ciri-ciri, berikut ini.
1) Memiliki berbagai jenis tumbuhan kayu yang berharga, misalnya
jati, meranti, kruing, mahoni, dan sejenisnya.
2) Selalu hijau sepanjang tahun.
3) Bersifat heterogen. Selain itu, di
wilayah Indonesia bagian
Barat juga terdapat tumbuhan endemik (hanya ada di daerah tersebut), yaitu
Raflesia arnoldi di Sumatra. Wilayah Indonesia
bagian Barat juga banyak dijumpai kawasan hutan mangrove (hutan bakau), antara
lain di pantai Timur Sumatra, pantai Barat dan Selatan Kalimantan, serta pantai
Barat dan Utara Jawa.